Unit Pengembangan Sumber Daya Kesehatan

Perubahan adalah proses yang harus dirancang sedemikian rupa untuk membuat nilai tambah bagi organisasi khususnya di bidang kesehatan dan institusi rumah sakit

Setiap individu pegawai adalah marketing public relation. Untuk meningkatkan kepuasan pelanggan maka ada baiknya setiap individu pegawai menerapkan Personal Magnestism in Selling. Menurut Mindiarto Djugorahardjo, MBA bahwa daya pikat individu ada 6, antara lain :

  1. Daya pikat kepemimpinan, merupakan suatu kunci untuk mendorong, memotivasi, memberi ilham, mempengaruhi orang lain secara efektif dikombinasi dg PDCA (plan, do, check, action)

  2. Daya pikat berpikir positip, positive mental attitude akan memberi rasa nyaman bagi setiap pelanggan yang memang dalam kondisi sakit.

  3. Daya pikat non verbal merupakan ekspresi emosi dari setiap individu, bagaimana cara senyum atau serius yang memberikan rasa "diperhatikan" bagi pelanggan, harus tahu cara mengelola pesan non verbal melalui gerakan tangan, isyarat wajah, gerak postur tubuh ; menyilangkan kaki atau tangan akan memberikan perasaan bersahabat tidak kepada pelanggan, ini harus dilatih secara sadar untuk meningkatkan performance baik individu maupun organisasi.

  4. Daya pikat mengilhami personal, dengan cara memberi pertanyaan yang memacu emosi untuk menjadi customer loyality.

  5. Daya pikat bersikap dramatis, dengan cara melakukan tindakan unik bersifat dramatis, misalnya ; cara berpakaian yang memberi pesona positip, mimik muka yang ekspresif bersahabat.

  6. Daya pikat dari sesuatu yang semarak, dengan cara membuat suasana kesemarakan terkini, misalnya ; potongan rambut terkini, alat diagnosa/therapy/computer/ponsel tercanggih, bersih dan selalu siap pakai, alat bantu presentasi terkini, ruang kerja yang bersih, rapih, ruangan periksa/perawatan penuh gambar-gambar yang sejuk, selalu energik sepanjang waktu.

Para ahli marketing memprediksaikan bahwa di masa depan hanya perusahaan yang mampu menerapkan IMC (integrated marketing communication) level tertinggilah yang mampu bertahan. Bagaimana perusahaan perumahsakitan menjawab tantangan ini?
Di tengah-tengah proses globalisasi yang kecepatannya semakin menggila, maka perubahan adalah proses yang tidak mungkin dihindari. Untuk mewujudkan IMC level tinggi, setiap individu yang tergabung dalam bisnis perumahsakitan harus dengan kesadaran penuh mengubah diri untuk lebih baik dari waktu ke waktu. Di lain pihak kondisi perusahaan perumahsakitan sebagai organisasi yang padat modal, padat kepentingan, padat profesi, padat karya, padat masalah, rawan tuntutan hukum dan lain-lain karakteristik rumah sakit harus dapat memainkan proses bisnis dengan bermain cantik dalam tim. Mau tidak mau jika ingin survive, maka ego profesi harus dilebur menjadi satu untuk mencapai visi dan misi rumah sakit. Untuk ini diperlukan proses perubahan secara terintegrasi di mulai dari kesadaran individu, kesadaran organisasi sampai kecanggihan dalam melibatkan pihak luar rumah sakit dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan masing-masing.
Top manajer harus cerdas, bagaimana melihat peluang di tengah-tengah banyaknya persoalan, sehingga mampu menciptakan diversivikasi usaha/porto folio yang menguntungkan banyak pihak. Bagaimanapun pengelolaan rumah sakit harus memposisikan diri dalam mekanisme pasar serta meninggalkan persepsi (khususnya rumah sakit pemerintah) bahwa pelanggan akan datang dengan sendiri. Jika sudah dalam keadaan sakit seolah tidak ada pilihan lain selain ke rumah sakit pemerintah. Kondisi ini akan menjebak rumah sakit pemerintah hanya "bermain" di kelas menengah ke bawah serta melupakan kebutuhan kesehatan masyarakat kelas menengah ke atas.
Banyak hal yang harus segera dilakukan perubahan. Tantangan terberat adalah mengubah perilaku SDM yang tidak bisa dapat segera dilihat hasilnya dalam waktu dekat. Kedua, koleksi data. Setiap pengambilan keputusan harus benar-benar didukung data lapangan yang valid. Ketiga, mengubah paradigma lama tentang berbagai aspek bisnis. Jika paradigma lama pihak lain dalam usaha sejenis dianggap pesaing, maka di masa depan harus dapat menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan. Sehingga justru menciptakan efisiensi tinggi untuk meningkatkan margin laba. Untuk ini sangat dibutuhkan komunikasi internal yang lebih baik, saling percaya, ketersediaan informasi yang lengkap dengan waktu yang cepat, merespon keluhan pelanggan dengan cepat dan manusiawi, serta pengelolaan marketing public relation yang semakin baik. Setiap individu yang tergabung dalam pengelolaan rumah sakit menyadari bahwa dirinya adalah marketing public relation dari rumah sakit tempatnya bekerja.
Terlepas dari semua itu, ada hal yang perlu direnungkan sebagai strategi pemasaran. Pada kenyataannya komunikasi keluar adalah bagaimana membuat yang realitas tampak berkualitas, sedangkan ke dalam bagaimana yang berkualitas menjadi realitas. Ini akan menjadi bahan diskusi menarik untuk sama-sama menciptakan perubahan yang lebih baik ke depannya.