ABSTRAK
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON (STIKES)
PEMINATAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN (AKK)
Skripsi Agustus 2006
DWIJO WASI WIDYANTO
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PEGAWAI DENGAN EFEKTIFITAS KEGIATAN AUDIT INTERNAL DI RSUD R. SYAMSUDIN, S.H. KOTA SUKABUMI TAHUN 2006
Untuk mengetahui tingkat efektifitas kegiatan organisasi dibutuhkan peran audit internal untuk menilai dan mengevaluasi apakah sistem pengendalian internal dalam organisasi tersebut berjalan baik atau tidak. Sebagai ilmu yang masih tergolong baru peran tersebut belum dapat berjalan sebagaimana mestinya. Efektifitas kegiatan audit internal erat kaitannya dengan persepsi para anggota organisasi itu sendiri tentang pengertian, peran dan fungsi audit internal serta manfaat bagi pribadi pegawai maupun unit kerjanya.
Secara umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi pegawai dengan efektifitas kegiatan audit internal di RSUD R. Syamsudin,S.H. Kota Sukabumi, secara khusus untuk mengetahui gambaran persepsi pegawai tentang audit internal di RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi, gambaran efektifitas kegiatan audit internal di RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi, dan hubungan antara persepsi pegawai dengan efektifitas kegiatan audit internal di RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan hubungan antara persepsi pegawai dengan efektifitas kegiatan audit internal. Yang menjadi subyek penelitian adalah pegawai RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi sebanyak 620 orang pegawai. Dengan metode perhitungan sample didapatkan jumlah responden sebanyak 246 pegawai. Dari hasil penelitian didapatkan yang mempunyai persepsi baik tentang audit internal sebanyak 50,4% pegawai dan yang mempunyai persepsi buruk sebanyak 48,4% pegawai. Dari penilaian pegawai tentang efektifitas, yang menilai kegiatan audit internal sudah berjalan efektif sebanyak 55,3% pegawai dan yang menilai tidak efektif sebanyak 43,5% pegawai.
Dari hasil penelitian diketahui ada hubungan antara persepsi pegawai dengan efektifitas kegiatan audit internal, dengan table silang didapatkan data persepsi baik dan menilai kegiatan audit internal efektif sebanyak 90 pegawai, persepsi baik dan menilai kegiatan audit internal tidak efektif 34 pegawai, persepsi buruk dan menilai kegiatan audit internal berjalan efektif 46 pegawai, dan persepsi buruk dan menilai kegiatan audit internal berjalan tidak efektif 73 pegawai. dengan uji chi square didapatkan nilai p value (,000) < α (,05) dan x2 hitung ( 28,359) > x2 tabel (3,8415).
Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti menyarankan untuk meningkatkan tingkat efektifitas kegiatan audit internal maka persepsi pegawai tentang audit internal harus diperbaiki.
Belanja Mudah di Zalora
Blogroll
Labels
- audit internal (1)
- audit sdm (1)
- berpikir positip (1)
- Blue Print (1)
- dramatis (1)
- dunia (1)
- efektifitas (1)
- evaluasi kinerja dan penyusunan program rumah sakit (1)
- Evolusi Mutu (1)
- HOPE (1)
- Hospital Disaster Planning (1)
- hospital image building (2)
- Hospital Preparedness for Emergencies and Disaster (1)
- HR (1)
- Human Resource (1)
- ilham (1)
- integrated marketing communication dalam perumahsakitan (1)
- kepemimpinan (1)
- kepuasan (1)
- knowledge worker (1)
- manajemen bencana (1)
- manajemen perubahan base ISO 9001 (1)
- manajemen pribadi (1)
- marketing public relation (1)
- mengajak (1)
- pelayanan medik dalam kedaruratan (1)
- pemasaran rumah sakit (1)
- pemikiran tentang SPI (1)
- pengaruhi (1)
- persepsi (1)
- Personal Magnestism (1)
- perubahan (1)
- potensi (1)
- rumah sakit (1)
- Selling (1)
- sempurna (1)
- ubahlah (1)
Untuk membuat perubahan ke depan ke arah yang lebih baik dibutuhkan pemimpin puncak organisasi yang memiliki mimpi. Tanpa mimpi, maka organisasi akan statis dan hanya meneruskan perjalanan dengan cara yang sama dengan yang dilakukan pendahulunya. Masalahnya, apakah mimpi ini mampu ditransfer kepada anggota timnya? Karena mimpi yang masih bersifat abstrak dan virtual ini harus diterjemahkan oleh mitra kerja menjadi rencana strategi, bisnis dan anggaran jangka panjang dan jangka pendek secara visual bahkan sampai operasional.
Mengutip hasil survei yang dilakukan sebuah majalah bisnis dan ekonomi di Indonesia, ada sepuluh hal yang harus dilakukan pemimpin puncak. Pertama, memaksimalkan training untuk meningkatkan kompetensi, kualitas, produktivitas dan kreativitas. Kedua, melakukan change management, menyiapkan change journey dan user ownership terhadap perubahan yang ada. Ketiga, melakukan inovasi dan efisiensi di bidang produksi, distribusi dan pemasaran.
Keempat, mengembangkan pool of talents. Kelima, menyeimbangkan ekspansi pada bisnis inti, juga mendeversifikasikan usaha agar resiko tersebar di banyak tempat. Keenam, membangun tim capability dan membuat terobosan bisnis. Ketujuh, menggenjot keunggulan kompetitif dan mengontrol biaya. Kedelapan, meningkatkan peluang untuk terjadinya aliansi strategis dan kerja sama bisnis. Kesembilan, membuat jejaring yang ekstensif dengan komunitas bisnis. Kesepuluh, menciptakan “super leader” di setiap level manajemen.
Melihat dua peringkat teratas tugas pemimpin puncak, maka manajemen sumber daya manusia menjadi sangat vital. Dengan demikian, proses ini dimulai dari Human Resource (HR) atau urusan kepegawaian yang menjadi ujung tombak proses perubahan. HR harus memiliki keahlian, kompetensi dan kemampuan untuk menterjemahkan dua peringkat tersebut secara dinamis.
HR harus memahami rencana bisnis dan menjalin hubungan yang harmonis dengan pegawai. Membuat peta kondisi SDM yang ada dan membuat target-target perubahan untuk mengimbangi kecepatan mimpi pemimpin puncak. Selain itu juga mampu menyiasati masalah cost, menciptakan sistem yang dinamis, inovatif dan mampu memberi solusi yang efektif untuk menjamin tersedianya mitra kerja yang excellence. Tujuannya, tercipta tim yang solid untuk mewujudkan visi dan misi organisasi.
Jadi, HR atau urusan kepegawaian bahkan seluruh anggota tim/pegawai harus berimajinasi seperti pemimpin puncak.
Selamat melakukan Perubahan…!!!
Pemanfaatan sertifikasi ISO-9001:2008 untuk mendorong perubahan kualitas pelayanan ke arah yang lebih baik bagi rumah sakit umum daerah (RSUD) secara revolusioner menjadi salah satu alat yang layak diperhitungkan. Memang tidak mudah, namun di balik tidak mudahnya itu terdapat “cermin” bagi kita semua untuk menuju ke arah peningkatan kualitas pelayanan RSUD.
Kunci dari efektifitas sertifikasi Quality Management System berdasarkan ISO 9001 ini terletak pada audit yang secara periodik dilakukan, baik oleh auditor internal maupun eksternal. Karena tidak mungkin meraih suatu kondisi yang dianggap paling bermutu, maka peningkatan mutu berkelanjutan (continuous quality improvement) menjadi wajib dilakukan. Manfaat yang akan dirasakan akan multi efek. Baik pembelajaran anggota organisasi rumah sakit, proses pelayanan yang semakin berkesan di hati pelanggan, kepuasan pelanggan, brand image rumah sakit, pemasaran rumah sakit, pendapatan rumah sakit, yang ujung-ujungnya peningkatan kesejahteraan anggota organisasi rumah sakit.