Unit Pengembangan Sumber Daya Kesehatan

Perubahan adalah proses yang harus dirancang sedemikian rupa untuk membuat nilai tambah bagi organisasi khususnya di bidang kesehatan dan institusi rumah sakit

Anda bertanggung jawab untuk semua hal yang terjadi dalam hidup Anda. Menjadi kewajiban Anda untuk belajar menerima secara total tanggung jawab untuk diri Anda sendiri. Jika Anda tidak mengatur diri sendiri, maka orang lain akan datang dan mengendalikan hidup Anda. Berikut adalah tips yang mungkin dapat membantu Anda untuk mengatur diri Anda sendiri

Di sini ada daftar hal-hal yang akan membantu Anda dalam memanajemen diri sendiri dan membawa Anda kepada kesuksesan.

  1. Perhatikan setiap peluang/kesempatan baru sebagai sesuatu yang menggairahkan dan pengalaman hidup yang baru.
  2. Jadikan diri Anda seorang profesional yang memperlihatkan keyakinan diri dan jaminan kualitas dalam potensi Anda untuk menyelesaikan tugas apapun.
  3. Tempat diri Anda dalam kondisi selalu siap “tempur” bahwa Anda mempunyai antusiasme pada setiap tugas yang akan datang.
  4. Sering pada diri Anda sendiri, " Apakah yang sedang aku lakukan sekarang ini menggerakkan aku ke arah targetku?"
  5. Lakukan dengan benar sejak mengerjakan pertama kali dan Anda tidak harus memerlukan banyak waktu di kemudian untuk memperbaiki itu.
  6. Terimalah tanggung jawab untuk setiap kegagalan dan kesuksesan pekerjaan Anda. Jangan mencari kambing hitam.
  7. Jangan pandang hal-hal yang Anda lakukan itu sebagai "pekerjaan", pandanglah semua aktivitas sebagai tantangan.
  8. Gunakan pikiran bawah sadar Anda bahwa apa yang Anda lakukan adalah yang Anda inginkan. Katakan pada diri Anda sendiri, "Aku dapat melakukan ini dengan luar biasa baik."
  9. Berilah diri Anda poin-poin untuk setiap penyelesaian tugas yang Anda prioritaskan untuk segera diselesaikan. Kapan Anda mencapai 10 poin, berilah penghargaan pada diri Anda sendiri.
  10. Lakukan perintah agama yang Anda yakini. Setiap pagi serahkan diri Anda pada-Nya, sempatkan sekitar 15 menit untuk menyelaraskan segenap hati dan pikiran Anda dengan kehendak-Nya seraya memanjatkan doa.
  11. Buatlah suatu komitmen untuk diketahui seseorang suatu pemenuhan target spesifik pada waktu (tanggal, bulan, dan tahun) tertentu. Tambahan penting akan membantu Anda merasakan termotivasi untuk melakukannya.
  12. Bulatkan tekad Anda, apa yang Anda lakukan adalah untuk diri Anda sendiri
  13. Percayalah bahwa Anda dapat mewujudkan yang Anda inginkan.
  14. Tidak pernah mengkritik diri Anda sebagai suatu kelemahan. Anda hanya membicarakan tentang ketrampilan yang saat ini belum berkembang atau bagian dari diri Anda bahwa jika Anda menginginkannya, Anda dapat mengubahnya menjadi luar biasa. Anda tidak mempunyai kelemahan apapun, hanya potensi yang sementara belum digunakan.
  15. Jadikan selalu menyenangkan semua waktu Anda apapun situasinya.
  16. Hadapi tantangan Anda dengan cara yang berbeda dibanding cara Anda kemarin. Selalu ada gagasan baru menjadikan diri Anda selalu menarik.
  17. Berkomunikasilah dengan diri Anda sendiri. Suatu self-talk yang menggunakan afirmasi positif adalah rahasia yang umum digunakan semua achievers besar. Mereka yakinkan diri mereka bahwa mereka pasti dapat memenuhi gol mereka.
  18. Buatlah "papan motivasi" dengan membuat catatan/kliping/print out tentang bagaimana Anda harus bertindak pada suatu buletin atau di Majalah Dinding. Ini merupakan suatu cara untuk melihat/mengendalikan apa yang Anda kerjakan. Kapan suatu item dilaksanakan, menghapus catatan. Juga pelihara gol Anda dalam daftar dan gambarkan di “papan motivasi” Anda.
  19. Mencari nafkah mungkin menjadi motivasi dalam pekerjaan Anda. Tinggalkan dan ubahlah perspektif Anda, dan perhatikan bahwa banyak orang yang meninggalkan pekerjaan karena itu, Tuhan Anda telah menetapkan rejeki dan menganugerahkan kepada Anda bakat dan kemampuan luar biasa untuk membuat perubahan bagi lingkungan Anda.
  20. Tetapkanlah penghargaan dan perangsang pribadi untuk membantu menjaga tingkatan capaian dan antusiasme Anda supaya tetap selalu tinggi.
Salam Sukses...!!!



Dalam menyusun program rumah sakit tidak boleh lagi menggunakan intuisi, tetapi gunakan informasi dari pengolahan data yang benar-benar valid

Ukurannya, Karya Nyata
Pelatihan Evaluasi Kinerja dan Penyusunan Program Rumah Sakit dengan menggunakan Analisa SWOT dan Balanced Scorecard dengan nara sumber DR. Freddy Rangkuti telah sukses terselenggara pada hari Kamis dan Jum'at, tanggal 30 April - 1 Mei 2009 di Hotel Aston Atrium Senen yang pada tanggal 1 Mei 2009 telah berganti nama menjadi Lumire hotel. Peserta datang dari RS Oen Solo, RSO Solo, RS Muhammadiyah Lamongan, Pubdokes Polri, RS Charitas Palembang, PT Semen Padang dan RS Pertamedika Tarakan.
Dengan semangat dan antusias para peserta mengikuti pelatihan ini. Banyak wawasan baru tentang bagaimana mengevaluasi kinerja dan menyusun program rumah sakit yang dapat memberi nilai tambah bagi rumah sakit. Sehingga semakin memperbesar peluang bukan hanya sekedar survival tetapi mampu tumbuh dan berkembang sebagai rumah sakit yang memiliki daya saing tinggi. Bukan menyusun program sebagai sekedar ritual rutin tanpa berdasar data. Dengan demikian menambah kesadaran pentingnya database rumah sakit.
Masalahnya, ukuran kesuksesan bukan hanya terletak pada telah terselenggaranya pelatihan ini saja. Melainkan, apakah tambahan wawasan ini mampu memberi energi yang dasyat dalam mempercepat perubahan ke arah yang lebih mumpuni, sehingga rumah sakit darimana peserta datang akan mendapatkan nilai tambah daya saing dasyat dari Knowledge Worker-nya yang telah mendapatkan gemblengan dari pakar marketing ini dalam ukuran waktu tertentu.
Untuk itu, bagi rumah sakit yang benar-benar memiliki komitmen untuk tumbuh dan berkembang, jangan segan-segan mengirimkan Knowledge Worker-nya dalam pelatihan seperti ini. Selanjutnya, berilah kesempatan yang luas untuk menyebarluaskan pengetahuannya pada pegawai lain, bentuk tim perubahan dan mengimplementasikannya untuk membuat rumah sakit memiliki daya saing yang unggul yang berkesinambungan.

Anda Sangat Membutuhkan

Accountability and Monitoring System PPK-BLUD adalah topik technical workshop berikutnya yang akan kami selenggarakan hari Kamis-Jum'at, tanggal 13-14 Agustus 2009 masih di hotel Lumire, Jakarta. Kegiatan ini akan difasilitasi oleh Yanyan Rusyandi, S.E., M.Kes. seorang ahli ekonomi kesehatan yang menjadi konsultan rancang bangun perubahan di beberapa rumah sakit yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Dalam kegiatan ini akan dibahas secara detail (1) bagaimana peran pengawasan internal dan eksternal PPK-BLUD, (2) terlaksananya sistem dan prosedur pengawasan PPK-BLUD, (3) Anda pasti bisa melakukan pengukuran Tingkat Kesehatan PPK-BLUD. Dalam kesempatan ini kami juga akan melaksanakan lounching dan mensimulasikan "Hospital Scan Integrator Software".

Kuasai Ilmunya, Karya Nyata Ukurannya. Selamat Membuat Perubahan...!!!

Rumah sakit menjadi market leader? Mengapa tidak? Market leader harus tetap konsisten membuat perubahan. Untuk tetap survive, knowledge based economy harus menjadi arah perubahan organisasi. Harus selalu ada yang baru. Konsisten menciptakan knowledge worker berarti konsisten terhadap perubahan. Seorang pakar HR mengatakan, hidup matinya perusahaan di era ini sangat tergantung pada kualitas pengetahuan para pekerjanya.
Knowledge worker adalah yang peduli pada pengembangan organisasi dan selalu memperbarui pengetahuannya. Knowledge worker dituntut untuk beraktifitas secara kreatif dan menciptakan inovasi-inovasi baru. Sehingga mereka haus belajar (life-long learner), termasuk belajar dari pengalaman, dan terus mengembangkan pengetahuannya. Kontribusi terhadap organisasi terus meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan.
Secara umum, ada lima hal utama yang dimiliki knowledge worker :
Self driven, memiliki dorongan pribadi untuk menyelesaikan pekerjaan pribadi;
Motivated, memiliki motivasi tinggi dalam bekerja;
Action oriented, berorientasi pada aktifitas, bukan pada rutinitas;
Responsible, memiliki tangung jawab atas pekerjaannya; dan
Team player, bekerja baik di dalam tim.
Rumah sakit sebagai organisasi yang core-nya menjual jasa, merupakan organisasi padat SDM, padat karya, padat teknologi, padat kepentingan dan padat profesi atau pekerjaan yang lebih mengandalkan pengetahuan, informasi dan kreatifitas dalam menjalankan pekerjaannya dibandingkan kemampuan fisik. Jelas rumah sakit termasuk organisasi yang harus piawai menciptakan dan membangun knowledge worker.
Yang perlu disadari, professional disini bukan hanya yang berkecimpung di bidang kesehatan saja, bidang lain juga harus disentuh lebih efektif lagi, misalnya HR, penunjang medis, penunjang non medis/administrasi, kesekretariatan, akuntansi, IT, marketing, PR, satpam, hukum, termasuk bagian parkir, semuanya. Tidak dipungkiri ujung tombak rumah sakit adalah tenaga medis, namun bagaimana akan terjadi team play yang baik jika pemain lain kurang professional.
Untuk ini perlu ditingkatkan peran unit yang berperan dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Apakah di unit pendidikan dan latihan, atau kepegawaian. Jika urusan pegawai berkonsentrasi dalam urusan administrasi kepegawaian, lebih bijak jika dibentuk tim yang terpisah untuk urusan ini. Kelambatan dalam pengelolaan SDM, akan semakin melemahkan daya saing organisasi di era yang semakin kompetitif.
Kesungguhan dalam upaya membangun dan menciptakan knowledge worker ini akan terlihat dari adanya tim khusus yang berkonsentrasi mulai dari proses rekrutmen, peningkatan sampai pemeliharaan kualitas SDM. Kedua, adanya standar kompetensi sebagai syarat knowledge based economy. Ketiga, adanya perencanaan anggaran untuk kegiatan penciptaan dan pemeliharaan knowledge worker. Keempat, adanya system continuous learning dan remunerasi yang mengapresiasi dan penghargaan terhadap kinerja knowledge worker. Kelima, promosi yang melihat potensi di masa mendatang. Keenam, infrastruktur pemeliharaan knowledge worker. Perpustakaan dan akses internet misalnya.
Setiap individu rumah sakit harus menjadi sumber pertambahan nilai yang luar biasa bagi rumah sakit. Salah satu cara hospital image building adalah harus selalu ada yang baru. Knowledge worker-lah sumbernya.
Selamat membuat Perubahan…!!!

Rumah sakit membangun corporate image? Mengapa tidak? Di era ini, masyarakat memiliki banyak pilihan untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk kebutuhan pelayanan kesehatan. Hospital Image Building perlu dilakukan. Perusahaan yang mempunyai citra baik di mata konsumen, produk dan jasanya relatif lebih bisa diterima konsumen dari pada perusahaan yang tidak mempunyai citra. Perusahaan yang memiliki citra positif di mata konsumen cenderung survive di masa krisis.
Membangun corporate image adalah membangun reputasi yang kuat dengan berbagai audiens/publik yang potensial untuk organisasi. Siapa publik rumah sakit? Pemerintah, pemilik, karyawan, masyarakat pengguna jasa rumah sakit dan keluarganya, media (cetak/elektronik), perusahaan yang punya komitmen terhadap kesehatan para pegawainya, perusahaan penyedia barang dan jasa kesehatan, dan lain-lain. Dalam hal ini mungkin Anda lebih banyak tahu.
Sehat hak individu, namun ketika sehat pada umumnya melupakan resiko sakit. Ketika hal ini datang, apalagi di masa krisis, mereka akan melakukan pengetatan keuangan walaupun siap mengeluarkan berapa saja demi kesehatan. Mereka akan lebih selektif dan memilih berhubungan dengan penyedia jasa kesehatan yang mereka percaya lebih efektif dalam membantu menyelesaikan masalahnya serta minim resiko.
Karyawan yang bekerja pada perusahaan dengan citra positif memiliki rasa bangga sehingga dapat memicu motivasi mereka untuk bekerja lebih produktif dan memberi kontribusi yang luar biasa terhadap organisasi. Sementara rumah sakit adalah penyedia jasa kesehatan yang lebih mengandalkan kompetensi sumber daya manusia.
Citra organisasi yang baik juga menjadi incaran para investor yang otomatis akan semakin yakin terhadap daya saing dan kinerja organisasi. Untuk memberikan nilai tambah rumah sakit dan multi player effect, KSO merupakan suatu pilihan yang baik dan efisien. Hanya dengan rumah sakit dengan citra positif saja mitra usaha mau melakukan KSO.
Organisasi yang memiliki citra positif akan lebih mudah dalam melakukan segala hal untuk berkembang. Karena keberhasilan rumah sakit tidak hanya tergantung pada mutu produk dan jasanya tapi juga pada kepiawaian membangun citra rumah sakit, maka seharusnya setiap rumah sakit perlu mengetahui citranya di masyarakat. Salah satu instrument yang dapat digunakan untuk mengetahui citra rumah sakit adalah indeks kepuasan masyarakat (IKM).
Masih sedikit perusahaan Indonesia yang mempunyai rencana jangka panjang dan komitmen tinggi dalam membangun citranya. Bagaimana dengan rumah sakit? Ketidak sungguhan organisasi dalam membangun citra terlihat dari :
1. tidak adanya tim khusus yang bertugas untuk membangun dan mengevaluasi citra organisasi.
2. minimnya alokasi dana untuk kegiatan membangun image.
3. minimnya jejaring (networking) yang terbangun dari perjalanan waktu.
Kiat membangun image, diantaranya mengubah pola pikir birokrat menjadi entrepreneur, memberikan produk serta jasa berkualitas, berorientasi pada pelanggan, memiliki team work yang kompak dan komunikatif dalam organisasi yang memungkinkannya untuk memberikan feedback secara cepat, bijaksana dan transparan, sinergi jajaran staf organisasi dalam menjalankan sistem manajemen mutu, tim khusus yang memfokuskan diri pada masalah, sentuhan personal humanism dalam proses komunikasi dan pelayanan, dan memperkuat networking rumah sakit.
Lima Kunci Sukses Membangun Hospital Image :
1. Rumah sakit harus melakukan suatu upaya sedemikian rupa sehingga mampu memberikan layanan yang benar-benar memberikan manfaat yang unggul atau melebihi harapan positif masyarakat pengguna jasa kesehatan, khususnya target pasar. Segmen pasar yang berbeda membutuhkan karakteristik layanan yang berbeda.
2. Temukan talenta organisasi yang merupakan inner beauty maupun outer beauty yang dimiliki. Libatkan seluruh individu rumah sakit dalam membangun image.
3. Membangun identitas/jati diri (logo, nama, lagu, warna, seragam, pin, dll) yang membedakan dengan rumah sakit lain. Perhatikan filosofi setiap identitas yang dibangun. Logo yang terbuka dapat memberi efek positif dibanding yang tertutup.
4. Pancarkan ke segala penjuru dengan cara melakukan komunikasi pemasaran secara efektif. Personal branding perlu juga dilakukan oleh direktur rumah sakit sebagai key person yang meningkatkan kepercayaan bahwa komitmennya untuk memberikan yang terbaik untuk masyarakat bukan hanya slogan.
5. Monitoring dan feedback. Tindaklanjuti dengan cepat setiap informasi image negative untuk mempertahankan image positif yang telah terbangun.

Selamat membuat Perubahan…!!!

Maraknya berita di media massa yang menginformasikan kejadian bencana akhir akhir ini menimbulkan dampak yang luas. Salah satunya adalah krisis kesehatan akibat bencana. Rumah sakit yang memegang peranan penting dituntut kesiapan dan kemampuannya menangani korban bencana secara tepat dan cepat. Tidak mudah memang, karena beberapa kendala yang sering menghadang seperti management support collapse, structural collapse, medical support collapse maupun functional support collapse. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan peranan rumah sakit dalam menangani bencana, diperlukan sistem penanganan bencana seperti Hospital Disaster Plan.
Menurut Ketua PERSI, dr. Adib A. Yahya, MARS, dalam Hospital Management Course pada tanggal 30 Januari 2009 di Jakarta, mengatakan bahwa Indonesia kaya disaster, bahkan disaster yang berkualitas internasional. Namun belum banyak belajar dari kejadian disaster atau suatu hazard yang menimpa komunitas (bencana). Upaya mempersiapkan diri sudah banyak dilakukan namun faktanya banyak yang masih belum siap menerima pasien disaster. Ada perbedaan antara siap dengan mempersiapkan diri. Seharusnya ada tindakan untuk meningkatkan kemampuan mengantisipasi disaster, tidak lengah.
Jika terjadi disaster, banyak pihak datang. Namun jika tanpa preparedness yang pas justru malah merepotkan. Yang datang pertama, lakukan assessment yang benar, baru langkah nyata yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan korban bencana. Ada latihan secara periodik dan berjenjang. Yang menjadi kelemahan, harus kita perbaiki.
Kesiapan rumah sakit, selain siap alatnya, juga siap dengan taktik atau rencananya. Memiliki pos pengendali, sistem komunikasi, peta rumah sakit, data base dan lain-lain. Dibutuhkan kesiapan Hospital Preparedness for Emergencies and Disaster (HOPE). Singkatnya, rumah sakit harus memahami peran fasilitas pelayanan kesehatan rumah sakit dalam manajemen bencana, konsep pelayanan medik dalam kedaruratan dan memiliki Blue Print Hospital Disaster Planning.

ABSTRAK

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON (STIKES)
PEMINATAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN (AKK)
Skripsi Agustus 2006

DWIJO WASI WIDYANTO
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PEGAWAI DENGAN EFEKTIFITAS KEGIATAN AUDIT INTERNAL DI RSUD R. SYAMSUDIN, S.H. KOTA SUKABUMI TAHUN 2006

Untuk mengetahui tingkat efektifitas kegiatan organisasi dibutuhkan peran audit internal untuk menilai dan mengevaluasi apakah sistem pengendalian internal dalam organisasi tersebut berjalan baik atau tidak. Sebagai ilmu yang masih tergolong baru peran tersebut belum dapat berjalan sebagaimana mestinya. Efektifitas kegiatan audit internal erat kaitannya dengan persepsi para anggota organisasi itu sendiri tentang pengertian, peran dan fungsi audit internal serta manfaat bagi pribadi pegawai maupun unit kerjanya.
Secara umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi pegawai dengan efektifitas kegiatan audit internal di RSUD R. Syamsudin,S.H. Kota Sukabumi, secara khusus untuk mengetahui gambaran persepsi pegawai tentang audit internal di RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi, gambaran efektifitas kegiatan audit internal di RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi, dan hubungan antara persepsi pegawai dengan efektifitas kegiatan audit internal di RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan hubungan antara persepsi pegawai dengan efektifitas kegiatan audit internal. Yang menjadi subyek penelitian adalah pegawai RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi sebanyak 620 orang pegawai. Dengan metode perhitungan sample didapatkan jumlah responden sebanyak 246 pegawai. Dari hasil penelitian didapatkan yang mempunyai persepsi baik tentang audit internal sebanyak 50,4% pegawai dan yang mempunyai persepsi buruk sebanyak 48,4% pegawai. Dari penilaian pegawai tentang efektifitas, yang menilai kegiatan audit internal sudah berjalan efektif sebanyak 55,3% pegawai dan yang menilai tidak efektif sebanyak 43,5% pegawai.
Dari hasil penelitian diketahui ada hubungan antara persepsi pegawai dengan efektifitas kegiatan audit internal, dengan table silang didapatkan data persepsi baik dan menilai kegiatan audit internal efektif sebanyak 90 pegawai, persepsi baik dan menilai kegiatan audit internal tidak efektif 34 pegawai, persepsi buruk dan menilai kegiatan audit internal berjalan efektif 46 pegawai, dan persepsi buruk dan menilai kegiatan audit internal berjalan tidak efektif 73 pegawai. dengan uji chi square didapatkan nilai p value (,000) < α (,05) dan x2 hitung ( 28,359) > x2 tabel (3,8415).
Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti menyarankan untuk meningkatkan tingkat efektifitas kegiatan audit internal maka persepsi pegawai tentang audit internal harus diperbaiki.

Untuk membuat perubahan ke depan ke arah yang lebih baik dibutuhkan pemimpin puncak organisasi yang memiliki mimpi. Tanpa mimpi, maka organisasi akan statis dan hanya meneruskan perjalanan dengan cara yang sama dengan yang dilakukan pendahulunya. Masalahnya, apakah mimpi ini mampu ditransfer kepada anggota timnya? Karena mimpi yang masih bersifat abstrak dan virtual ini harus diterjemahkan oleh mitra kerja menjadi rencana strategi, bisnis dan anggaran jangka panjang dan jangka pendek secara visual bahkan sampai operasional.
Mengutip hasil survei yang dilakukan sebuah majalah bisnis dan ekonomi di Indonesia, ada sepuluh hal yang harus dilakukan pemimpin puncak. Pertama, memaksimalkan training untuk meningkatkan kompetensi, kualitas, produktivitas dan kreativitas. Kedua, melakukan change management, menyiapkan change journey dan user ownership terhadap perubahan yang ada. Ketiga, melakukan inovasi dan efisiensi di bidang produksi, distribusi dan pemasaran.
Keempat, mengembangkan pool of talents. Kelima, menyeimbangkan ekspansi pada bisnis inti, juga mendeversifikasikan usaha agar resiko tersebar di banyak tempat. Keenam, membangun tim capability dan membuat terobosan bisnis. Ketujuh, menggenjot keunggulan kompetitif dan mengontrol biaya. Kedelapan, meningkatkan peluang untuk terjadinya aliansi strategis dan kerja sama bisnis. Kesembilan, membuat jejaring yang ekstensif dengan komunitas bisnis. Kesepuluh, menciptakan “super leader” di setiap level manajemen.
Melihat dua peringkat teratas tugas pemimpin puncak, maka manajemen sumber daya manusia menjadi sangat vital. Dengan demikian, proses ini dimulai dari Human Resource (HR) atau urusan kepegawaian yang menjadi ujung tombak proses perubahan. HR harus memiliki keahlian, kompetensi dan kemampuan untuk menterjemahkan dua peringkat tersebut secara dinamis.
HR harus memahami rencana bisnis dan menjalin hubungan yang harmonis dengan pegawai. Membuat peta kondisi SDM yang ada dan membuat target-target perubahan untuk mengimbangi kecepatan mimpi pemimpin puncak. Selain itu juga mampu menyiasati masalah cost, menciptakan sistem yang dinamis, inovatif dan mampu memberi solusi yang efektif untuk menjamin tersedianya mitra kerja yang excellence. Tujuannya, tercipta tim yang solid untuk mewujudkan visi dan misi organisasi.
Jadi, HR atau urusan kepegawaian bahkan seluruh anggota tim/pegawai harus berimajinasi seperti pemimpin puncak.
Selamat melakukan Perubahan…!!!

Pemanfaatan sertifikasi ISO-9001:2008 untuk mendorong perubahan kualitas pelayanan ke arah yang lebih baik bagi rumah sakit umum daerah (RSUD) secara revolusioner menjadi salah satu alat yang layak diperhitungkan. Memang tidak mudah, namun di balik tidak mudahnya itu terdapat “cermin” bagi kita semua untuk menuju ke arah peningkatan kualitas pelayanan RSUD.

Mengingat rumah sakit sebagai organisasi yang padat profesi, teknologi, kepentingan dan termasuk padat karya, maka betapa kita menyadari bahwa membuat system manajemen mutu pelayanan menjadi berjalan efektif adalah bukan pekerjaan yang mudah. Dengan standar-standar yang dapat diadopsi dari ISO-9001:2008 dapat diarahkan system manajemen mutu pelayanan menjadi lebih efektif.
Kunci dari efektifitas sertifikasi Quality Management System berdasarkan ISO 9001 ini terletak pada audit yang secara periodik dilakukan, baik oleh auditor internal maupun eksternal. Karena tidak mungkin meraih suatu kondisi yang dianggap paling bermutu, maka peningkatan mutu berkelanjutan (continuous quality improvement) menjadi wajib dilakukan. Manfaat yang akan dirasakan akan multi efek. Baik pembelajaran anggota organisasi rumah sakit, proses pelayanan yang semakin berkesan di hati pelanggan, kepuasan pelanggan, brand image rumah sakit, pemasaran rumah sakit, pendapatan rumah sakit, yang ujung-ujungnya peningkatan kesejahteraan anggota organisasi rumah sakit.
Salah satu komponen system mutu pelayanan di RSUD yang paling vital adalah sumber daya manusia (SDM). Untuk itu, perubahan ini dapat diarahkan menjadi lebih efektif jika sentuhan yang paling utama dititikberatkan pada SDM melalui manajemen berbasis pengetahuan (Knowledge Base Management). Dengan demikian maka kesuksesan perubahan ini akan didorong lebih cepat dengan terciptanya pegawai yang tergolong knowledge workers dalam RSUD. Maka sudah selayaknya RSUD mempunyai strategi agar knowledge workers ini dapat tumbuh subur dalam lingkungannya.
Penerapan sertifikasi ISO-9001:2008 didukung knowledge workers bahkan mampu menjadi Creative Workers yang handal di RSUD akan menjadi sinergi yang luar biasa untuk menciptakan perubahan yang signifikan. Ini perlu keberanian untuk memutuskan karena terkait dengan system perencanaan RSUD yang juga harus handal.
Selamat membuat Perubahan…!!!